Siaran Mafindo Jombang bersama Dinas Kominfo Jombang, Radio Suara Jombang dan Info Seputar Jombang pada hari Selasa, 08 januari 2019.
Di era revolusi industri 4.0 yang penuh dengan tantangan baru, pemuda harus disiapkan dan dibekali dengan kompetensi yang membuat mereka mampu survive dan berdaya saing tinggi, sehingga beberapa tahun ke depan bonus demografi akan dapat menjadi kekuatan kita.
Fenomena post truth dan disrupsi yang mewarnai era ini mensyaratkan beberapa kompetensi dasar. Untuk bisa survive di era ini manusia memerlukan 3 macam literasi: literasi data, literasi teknologi; dan literasi manusia.
Yang terpenting dalam literasi data adalah critical thinking karena tanpanya orang tidak mampu memilah mana yang data dan mana yang bukan, apalagi menganalisisnya. Literasi teknologi juga sangat diperlukan karena sejak revolusi industri 4.0 dimulai, perkembangan teknologi bergerak sangat cepat sehingga dibutuhkan kemampuan adaptasi yang sangat cepat pula. Tanpa literasi teknologi, SDM kita akan mudah tergilas. Yang dimaksud dengan literasi manusia adalah kemampuan memahami seluk beluk manusia, terutama dalam hal perbedaan karakter dan budaya, serta hal-hal yang diperlukan untuk bisa sukses berkomunikasi dengan manusia. Kemampuan mengungkapkan gagasan dalam bentuk lisan atau tulisan, etika dan empati dalam berkomunikasi termasuk dalam literasi ini.
Dengan rincian lain dari Tony Wagner, kompetensi yang dibutuhkan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah
– critical thinking dan problem solving
– collaboration
– agility & adaptability
– initiative & enterpreneurialism
– effective oral & written communication
– accessing & analyzing information
– curiousity & imagination.
Dalam talkshow internet sehat ini, kami membicarakan tantangan berat yang harus dihadapi dalam merealisasikan idealita itu. Milenial kita sekarang adalah generasi yang unik. Sebagian besar merupakan digital native. Teknologi informasi bukan barang baru bagi mereka. Kemampuan beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat ini adalah salah satu kelebihan mereka.
Hoaxes of the week yang kami ungkapkan pada talkshow kali ini menunjukkan beratnya tantangan itu. Hoaks-hoaks awal Januari menunjukkan kecenderungan untuk mendeligitimasi penyelenggara pemilu. Tidak hanya itu, hoaks-hoaks ini juga semakin meningkatkan ketegangan antar pendukung sehingga membuat ekosistem media sosial semakin tidak sehat.
Menghadapi tantangan-tantangan seperti rendahnya tingkat literasi, ekosistem digital yang tak sehat akibat budaya politik yang merusak dan radikalisasi melalui internet, dan menurunnya tingkat kepercayaan pada kepakaran, upaya membangun kompetensi tadi seakan menjadi kerja yang sangat berat, karena fenomena tersebut mengakibatkan munculnya gejala apatisme di satu sisi dan fanatisme di sisi yang lain.
Berat tapi bukan tidak mungkin. Karena itu, sebagai langkah awal dan sebagai bentuk partisipasi kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama berusaha mengikis apatisme dan fanatisme dengan cara turut menciptakan ekosistem yang sehat dan asik bagi tumbuh kembangnya generasi muda, baik di dunia nyata maupun dunia digital.