Mafindo— Kawan Tular Nalar, pernahkah mendengar istilah teknik manipulasi “Kacau Isi,” “Kacau Diri,” dan “Kacau Emosi”?
Apa sebenarnya arti dari ketiga istilah tersebut? Yuk, kita simak penjelasan singkat berikut beserta contoh-contoh yang mungkin pernah Kawan Tular Nalar temui.
Kacau IDE: Konsep Yang Membuat Isu Menjadi Hoaks
Setiap isu, sekecil apapun, bisa berpotensi menjadi hoaks jika dimanipulasi. Tiga teknik manipulasi yang sering digunakan adalah Kacau Isi, Kacau Diri, dan Kacau Emosi. Mari kita kenali lebih dalam ketiga konsep ini dengan beberapa contoh hoaks yang sudah dicek-fakta.
Kacau Isi
Kacau Isi adalah teknik manipulasi di mana konten mengambil sebagian fakta, mengaburkan konteksnya, dan menyajikannya dengan menambahkan narasi tertentu.
Contohnya adalah klaim adanya KTP untuk WNA. Fakta bahwa ada KTP untuk WNA memang benar, namun manipulasi terjadi saat ditambahkan narasi bahwa KTP tersebut digunakan untuk PEMILU.
Kacau Diri
Kacau Diri adalah teknik yang merusak kredibilitas seseorang, ras, kelompok, lembaga, atau ide tertentu dengan menabur keraguan, kebingungan, atau persepsi negatif yang tidak benar.
Misalnya, tokoh publik atau politik yang diterpa fitnah atau framing negatif oleh haters atau pejuang clickbait.
Kacau Emosi
Kacau Emosi adalah teknik yang memancing perasaan emosi seperti marah, jijik, rasa bersalah, atau ketakutan yang berlebihan tanpa mengedepankan fakta.
Yang pernah viral salah satunya konten yang memancing kemarahan umat Islam dengan menyebutkan bahwa ibu-ibu yang mengaji dibubarkan paksa oleh Polisi.
Mengapa Pemikiran Kritis Itu Penting?
Nah, Kawan Tular Nalar kini sudah mendapatkan gambaran tentang teknik manipulasi 3 kacau ini, kan. Tak jarang, satu konten menyesatkan bisa memuat dua atau bahkan ketiga teknik manipulasi sekaligus.
Inilah pentingnya memiliki literasi digital dan pemikiran kritis, sehingga kita dapat memetakan dan menerka apa yang mungkin terjadi pada sebuah isu yang dikacaukan oleh para “kang hoaks”.
Tular Nalar Mafindo terus berupaya untuk meningkatkan literasi digital dan critical thinking di masyarakat agar tidak mudah terperdaya oleh hoaks. Dengan mengenali teknik manipulasi ini, kita dapat lebih bijak dalam menyikapi informasi yang diterima.
Artikel ini telah terbit di Buletin Tular Nalar Edisi Perdana yang bisa diakses