Mafindo, Pontianak –Di tengah derasnya arus teknologi yang terus berkembang, para guru di Kota Pontianak kini mendapat amunisi baru untuk bersaing dan berinovasi di era kecerdasan artifisial. Mafindo Wilayah Pontianak resmi menggelar program “AI Goes To School” pada 19 Juli 2025, sebuah inisiatif nasional yang membawa semangat pembaruan dalam dunia pendidikan.
Program ini merupakan bagian dari gerakan besar Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) yang menargetkan pelatihan untuk 10.000 guru di 40 kota selama 18 bulan ke depan. Dengan misi menciptakan ekosistem pendidikan yang adaptif terhadap teknologi, Mafindo menggandeng sejumlah mitra strategis seperti Google.org, AVPN, dan Asian Development Bank (ADB).
Dalam pelatihan yang berlangsung di Pontianak secara virtual, dihadiri 123 orang peserta yang merupakan para guru yang hadir dari berbagai daerah tidak hanya dari Kota Pontianak, peserta tidak sekadar diajak mengenal apa itu kecerdasan artifisial (AI), tetapi juga didorong untuk memahami cara berpikir baru—mengoptimalkan AI sebagai alat bantu yang cerdas, etis, dan berdaya guna dalam pembelajaran.
Materi pelatihan mencakup beragam topik penting, mulai dari dasar-dasar teknologi AI, prinsip etika dalam penggunaannya, hingga bagaimana menyusun dan mengelola prompt yang efektif. Tak hanya itu, guru juga belajar tentang penerapan AI dalam kegiatan pembelajaran kreatif, pengelolaan kelas, dan peningkatan efisiensi administrasi.

Salah satu keunggulan program ini adalah ketersediaan platform Learning Management System (LMS) yang memberikan akses fleksibel terhadap seluruh materi pelatihan. Guru dapat belajar sesuai ritme masing-masing, tanpa harus terikat waktu dan tempat.
Dua trainer nasional dihadirkan untuk memperkuat sesi pelatihan ini: Yoki Firmansyah dan Syahri Ramadhan. Keduanya dikenal sebagai praktisi literasi digital dan teknologi pendidikan yang aktif mendorong transformasi digital di sektor pendidikan sejak lama. Dibantu dengan para Asisten Trainer: Dedi Saputra, M Zainul Hafizi, Hasanah, Syarifah Desi dan Dwi Surti Junida, yang merupakan Relawan sekaligus Trainer Mafindo.

Kehadiran keduanya membawa suasana pelatihan yang interaktif dan membumi. Para peserta diajak berdiskusi tentang potensi AI, peluang kolaborasi, sekaligus diajak reflektif menghadapi tantangan etis dan ancaman disinformasi di ruang digital.
“AI itu bukan alat sulap. Tapi kalau kita tahu cara kerjanya, ia bisa menjadi rekan mengajar yang luar biasa. Yang penting, kita harus jadi pengendali, bukan yang dikendalikan,” ujar Yoki Firmansyah dalam salah satu sesi diskusi.
Kegiatan ini juga menjadi ajang kolaborasi antara Mafindo dan pemangku kepentingan lokal, memperkuat jejaring antar komunitas pendidikan yang memiliki kepedulian sama terhadap literasi teknologi dan perlindungan informasi.
Dengan terlaksananya kegiatan ini di Pontianak, Mafindo berharap para guru tidak hanya siap menghadapi revolusi digital, tetapi juga mampu memimpin perubahan—mewujudkan ruang belajar yang relevan, aman, dan inspiratif bagi generasi masa depan.**