Scam Like, Subscribe, lalu Zonk

Scam : Like, Subscribe, Zonk!

By :

|

|

Scam Like, Subscribe, lalu Zonk

Mafindo–Hai, Kawan Tular Nalar!

Bagaimana kabarnya? Jumpa lagi dengan saya, Citra, dari Divisi Media Relations Tular Nalar 3.0.
Ayo, duduk santai sejenak sambil ngopi. Mari kita bahas tentang salah satu modus penipuan yang mungkin sudah sering kita dengar, tapi tetap saja bikin galau.

Scam Berkedok Like & Subscribe: Apa Itu?

Saat saya sedang brainstorming proposal tema untuk acara Live Zoom TVRI Jabar, saya tiba-tiba teringat tentang satu hal yang cukup penting untuk dibahas: Scam Berkedok Like & Subscribe. Kawan-kawan pasti tahu kan, bagaimana modus penipuan ini pernah heboh beberapa waktu lalu di tengah Startup Bubble Burst dan kekacauan gelombang PHK?

Setiap ada kemajuan teknologi, pasti ada celah buat orang jahat memanfaatkannya. Nah, dulu modus penipuan online juga pernah menyebar melalui email, SMS, atau media sosial seperti Facebook, Twitter/X, bahkan MySpace dan Friendster (aduh, ketahuan umur deh… hahaha). Dari penipuan cinta digital sampai phishing data bank, semua pernah dan masih terjadi. Ok, kita simpan dulu cerita ini untuk lain waktu, ya!

Memang Seperti Apa Modusnya?

Kembali ke soal Scam Like & Subscribe tadi, seperti apa sih yang kerap terjadi?
Tim scammer biasanya menghubungi calon korban lewat Instagram atau WhatsApp. Mereka menawarkan kerja part-time dengan bayaran besar.

Tugas korban hanya memberikan like dan subscribe akun toko online atau medsos tertentu. Upah yang ditawarkan bisa sampai 20%-30% dari harga barang yang dijual kalau ternyata akun tersebut adalah akun toko online.

Yang saya alami, tim scammer memulai chat di WA dan selanjutnya disambungkan ke Telegram. Tugas pertama harus memberikan “like” dan “subscribe” akun Youtube tertentu. Tentu diimingi upah, berkisar Rp 25.000 – Rp 30.000 dan benar-benar ditransfer!

Selanjutnya, mereka akan bertahap meminta setoran lagi buat “job” berikutnya. Dan secara bertahap pula akan transfer sekian persen dari jumlah setoran ke rekening korban.

Nah, biasanya karena ketagihan dan tergiur akan jumlah upah yang makin besar, korban akan makin tergoda untuk top-up yang makin tinggi hingga akhirnya scammer akan blokir kontak korban dan menghilang!

Beberapa kasus sudah di debunk oleh Mafindo dan dapat diikuti .

Bagaimana Mereka Mendapatkan Data Kita?

Muncul lagi pertanyaan, kok bisa sih, mereka dapat data dan kontak kita? Terus kenapa korban bisa mudah percaya?

Nah, ini sudah jadi rahasia umum. Di dark web, ada jual-beli database email dan data pribadi dari hasil peretasan aplikasi, website, termasuk toko online.

Ketika tempo hari saya dapat “tawaran kerja” ini, saya iseng bertanya, dari mana bisa dapat kontak saya? Ternyata mereka bilang didapat dari situs listing pencarian kerja!

Ada juga yang memang sengaja mengumpulkan sampah dari perusahaan untuk mencari CV yang dibuang dengan sembrono. Bahkan ada yang berpura-pura menjadi HRD dari perusahaan terkenal agar lebih meyakinkan.

Ternyata, upaya perlindungan data pribadi di Indonesia benar-benar butuh perhatian dan usaha ekstra ya, Kawan Tular Nalar!

Kesaksian Korban

Berdasarkan kesaksian korban yang dilansir dari @ecommurz – sebuah akun komunitas e-commerce, ada korban yang sampai kehilangan puluhan bahkan ratusan juta. Rata-rata adalah freelancer dan karyawan, baik yang masih aktif atau yang baru tertimpa musibah PHK. Seorang karyawati sebuah perusahaan start-up curhat pada admin ecommurz, dia telah menghabiskan hingga Rp 48juta dengan nol kemungkinan untuk bisa mendapatkannya kembali.

“Nyesel banget aku, min.. habis tabungan aku, bahkan sampai bela-belain  ambil dari pinjol,” keluhnya.

Wah, jadi melebar kemana-mana dampak negatifnya ternyata.

Pentingnya Literasi Digital dan Pemikiran Kritis

Kawan Tular Nalar, inilah kenapa penting sekali literasi digital dan pemikiran kritis itu. Ketika mendapatkan info yang “too good to be true”, alias lebay banget, seperti cuma like dan share bisa dapat uang banyak, kita harus skeptis dan jangan mudah percaya.

Yuk, verifikasi dulu sebelum terjerumus! Padahal, informasi amat mudah didapatkan melalui smartphone. Manfaatkan situs pencarian untuk mendapatkan informasi yang benar. Kan sayang sekali kalau uang keringat bertahun-tahun ludes seketika gegara godaan kerjaan sampingan yang ternyata palsu.

Asah terus literasi digital dan pemikiran kritis kita biar tidak gampang terpedaya. Bersama-sama, kita bisa kok melawan penipuan seperti ini. Kita jaga diri kita serta orang-orang terdekat dari bahaya yang mengintai di dunia digital. Tularkan informasi ini pada kawan dan saudara terdekat kita, ya!

Semangat terus, Kawan Tular Nalar, terutama para pejuang pencari kerja dan kerja sampingan!

Oya, pembahasan ini telah diangkat juga di , dan bisa diikuti juga rekaman ulang live zoom interview bersama .


Share