Mafindo—Beredar hoaks di media sosial yang menyebutkan bahwa teknologi Nyamuk Wolbachia yang digunakan untuk mengendalikan demam berdarah dengue (DBD) merupakan senjata pembunuh manusia. Hoaks ini berbahaya karena dapat menimbulkan keresahan di masyarakat dan menghambat upaya pengendalian DBD.
Dilansir dari who.int Wolbachia adalah bakteri simbiotik yang terjadi secara alami pada banyak serangga. Meskipun Wolbachia tidak ditemukan secara alami pada Ae. aegypti, Wolbachia telah berhasil ditransfer ke dalam tubuh nyamuk dan telah terbukti mengurangi penularan berbagai virus termasuk demam berdarah, Zika, chikungunya, dan demam kuning.
Apa itu Wolbachia?
Wolbachia adalah bakteri yang secara alami ditemukan pada beberapa serangga, termasuk nyamuk Aedes aegypti. Bakteri ini aman bagi manusia dan lingkungan. Keistimewaan Wolbachia terletak pada kemampuannya untuk menghambat reproduksi virus dengue dalam tubuh nyamuk.
Wolbachia juga memberikan keuntungan reproduksi bagi nyamuk betina yang terinfeksi Wolbachia dibandingkan dengan nyamuk betina yang tidak terinfeksi melalui ketidakcocokan sitoplasma. Artinya, ketika nyamuk jantan yang terinfeksi Wolbachia kawin dengan nyamuk betina yang tidak terinfeksi, telur-telurnya tidak akan menetas.
Sebaliknya, nyamuk betina yang terinfeksi Wolbachia dapat kawin dengan nyamuk jantan yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi dan menghasilkan hampir 100% keturunan yang terinfeksi, sehingga nyamuk betina yang terinfeksi memiliki keuntungan kebugaran dan membantu penyebaran Wolbachia ke dalam populasi nyamuk liar.
Fakta tentang Nyamuk Wolbachia:
– Nyamuk Wolbachia adalah nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi bakteri Wolbachia.
– Wolbachia adalah bakteri alami yang ditemukan pada berbagai serangga, termasuk nyamuk.
– Wolbachia tidak berbahaya bagi manusia.
– Wolbachia dapat menghambat perkembangan virus DBD dalam tubuh nyamuk, sehingga nyamuk Wolbachia tidak dapat menularkan virus DBD kepada manusia.
Teknologi Nyamuk Wolbachia:
– Teknologi Nyamuk Wolbachia telah terbukti aman dan efektif dalam penelitian ilmiah dan uji coba di berbagai negara.
– Teknologi ini telah digunakan di beberapa negara untuk mengendalikan DBD dengan hasil yang positif.
– Di Indonesia, teknologi Nyamuk Wolbachia sedang diterapkan di beberapa daerah, termasuk Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya.
– Wolbachia adalah bakteri alami pada 60 persen serangga
– Bakteria Wolbachia tidak menginfeksi manusia atau Vertebrata yang lain, dan tidak menyebabkan manusia atau hewan menjadi sakit
– Wolbachia hidup dalam sel serangga dan dapat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui telur.
– Nyamuk Jantan Ber-Wolbachia kawin dengan Nyamuk Betina : Telur tidak menetas.
– Nyamuk Jantan kawin dengan Betina Ber-Wolbachia : Telur menetas Ber-Wolbachia.
– Nyamuk Jantan Ber-Wolbachia kawin dengan Betina Ber-Wolbachia : Telur menetas Ber-Wolbachia.
Wolbachia menghambat replikasi virus Dengue
Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat menurunkan replikasi virus dengue sehingga dapat mengurangi kemampuan nyamuk tersebut sebagai penular demam berdarah.
Pertambahan bakteri atau virus terjadi melalui mekanisme kompetisi mendapatkan makanan antara virus dengue dan bakteri Wolbachia dalam tubuh nyamuk. Makin sedikit mendapatkan suplai makanan, makin sulit virus dengue berkembang biak (replikasi).
Baca Juga:Hari Cek Fakta Internasional, Sejarah dan Apa Yang Harus Dilakukan
Tujuan Teknologi Nyamuk Wolbachia:
Tujuan utama teknologi Nyamuk Wolbachia adalah untuk menurunkan angka kasus DBD dan kematian akibat DBD. Teknologi ini bukan bertujuan untuk membunuh manusia.
Upaya Pelepasan Nyamuk Wolbachia:
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, secara aktif melakukan upaya pelepasan nyamuk Wolbachia di berbagai daerah di Indonesia. Telur nyamuk yang membawa Wolbachia dikembangbiakkan di laboratorium dan kemudian dilepas di lingkungan tempat tinggal masyarakat.
Bagaimana Metode pelepasan Wolbachia?
– Pada tahap awal, telur nyamuk aedes dimasukkan bakteri Wolbachia.
– Setelah telur menetas akan menghasilkan nyamuk aedes jantan Ber-Wolbachia dan aedes betina Ber-Wolba-chia.
– Nyamuk aedes jantan dan betina Ber-Wolbachia tersebut, hidup di lingkungan sekitar kita secara alamiah dan berkembang biak menghasilkan generasi nyamuk Ber-Wolbachia.
Tahapan Implementasi Teknologi Wolbachia
Studi kelayakan pelaksanaan teknologi Wolbachia telah dilakukan di Jogjakarta pada tahun 2022 dan hasilnya menurunkan 77% kasus demam berdarah dan 86% kasus perawatan di rumah sakit. Hal ini membuktikan bahwa teknologi Wolbachia aman untuk diterapkan sebagai salah satu metode penanganan penyakit demam berdarah di Indonesia.Termasuk meletakkan ember berisi nyamuk di masyarakat. Studi cost effectiveness juga telah dilakukan (brady et.al) dengan hasil bila teknologi Wolbachia diterapkan pada daerah padat penduduk, maka akan menurunkan biaya penanganan demam berdarah.
Penerapan teknologi Wolbachia harus tetap diiringi dengan 3M plus. Meskipun nyamuk Wolbachia menawarkan solusi potensial, upaya pengendalian DBD lainnya seperti 3M Plus (Menutup, Menguras, Menyingkirkan, dan Mendaur Ulang) tetap penting.
Peran Kita:
Mari bersama-sama dukung program pelepasan nyamuk Wolbachia dan jaga kebersihan lingkungan untuk memerangi DBD dan penyakit lainnya. Faktanya peningkatan jumlah nyamuk di area pelepasan hanya terjadi saat periode pelepasan. Tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes Aegypti sebelum dan setelah Wolbachia dilepaskan.
Mari Bijak Bermedia Sosial:
Jangan mudah percaya dengan informasi yang beredar di media sosial. Selalu periksa sumber informasi sebelum menyebarkannya. Laporkan hoaks kepada pihak berwenang.