Penulis: Vinanda Febriani
Editor: Violita
Reviewer: Heni Mulyati
Situasi Menjelang Pemilu 2024
Pemilu semakin dekat, bagaimana menjaga nalar publik jelang Pemilu 2024? Pemilu menjadi ajang kontestasi politik yang sangat sengit. Tak jarang berbagai perpecahan dan disinformasi menyerang baik kepada pihak penyelenggara maupun peserta Pemilu dari kalangan partai politik maupun individu.
Kita telah memiliki pengalaman yang sangat memprihatinkan pada Pemilu 2019 lalu, di mana polarisasi dan hasutan kebencian terus-menerus digaungkan oleh berbagai pihak demi memenangkan hasil perolehan suara pada saat pemungutan suara. Naasnya tak hanya berhenti di situ saja, hasutan kebencian terus menyebar hingga jauh setelah hasil pemilu ditetapkan, memengaruhi pola pikir sebagian masyarakat baik partisan maupun non-partisan politik.
Bagaimana Peran Anak Muda?
Sebagai anak muda, kita dihadapkan dengan kenyataan bahwa polarisasi sangat mengganggu stabilitas sosial dan kemanusiaan di Indonesia. Hal ini membuat nalar kemanusiaan kita seringkali tidak lagi berfungsi secara optimal. Anak muda dihadapkan pada tiga pilihan, antara apatis, berpihak pada salah satu kubu, atau netral dan hanya berpihak kepada fakta.
Pemilu 2024 mendatang disebut-sebut akan memiliki pola yang hampir sama dengan pemilu sebelumnya, bahkan ada yang memprediksi akan lebih berbahaya. Sebetulnya berbahaya atau tidaknya peredaran informasi pada pemilu mendatang, akan sangat bergantung pada seberapa besar kualitas “mawas diri” masyarakat terhadap banjir informasi yang akan terus terjadi.
Meskipun kegiatan pelatihan literasi digital telah digalakkan di berbagai penjuru negeri ini berkolaborasi dengan berbagai pihak, akan tetapi jangkauan literasi digital tersebut masih dirasa belum cukup untuk mengedukasi masyarakat hingga ke lapisan bawah. Hal ini membuat kita sebagai kawula muda diharap bisa ikut berkontribusi dalam memberikan edukasi seputar literasi digital kepada masyarakat, khususnya terkait isu disinformasi jelang pemilu.
Anak-anak muda juga diharapkan dapat menjadi penggerak masyarakat bawah agar sadar terhadap pentingnya budaya cek fakta. Dengan demikian, Indonesia terhindar dari banjir informasi palsu yang membahayakan stabilitas sosial dan kebangsaan.***