Siaran Pers Masyarakat Antifitnah Indonesia (MAFINDO)
MAFINDO telah memulai langkah penting untuk meningkatkan kualitas literasi media di Indonesia.
Jakarta, 22 Februari 2022 – Survei Katadata Insight Center (KIC) dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) yang bertema Status Literasi Digital (2020) menemukan, 30-60 persen pengguna internet Indonesia terpapar hoaks.
Peningkatan terpaan hoaks ini rupanya sejalan dengan turunnya indeks literasi dari digital ethics dari 3,72 pada 2020 menjadi 3,53 di 2021, sedangkan pada digital safety, dari 3,24 menjadi 3,10. Menariknya, penurunan ini terjadi di tengah meningkatnya penetrasi internet di Indonesia dari 202,6 menjadi 204,7 juta penduduk, sementara pengguna aktif media sosial juga melonjak dari 61,8 persen menjadi 68,9 persen berdasar data We Are Social dan KEPIOS pada Januari 2022.
Berangkat dari latar belakang tersebut, MAFINDO berinisiatif menyusun Buku Panduan Literasi Media yang diperuntukkan untuk masyarakat umum termasuk praktisi media. Buku yang dikerjakan sepanjang tahun 2021 memuat tentang kurikulum, panduan fasilitator, panduan materi pelatihan, dan ulasan dari pakar atau mitra MAFINDO.
Buku panduan disusun oleh Heni Mulyati, Purnama Ayu Rizky, dan Dedy Helsyanto. Proses penyusunannya berupaya mengakomodasi sejumlah masukan dari dua sesi diskusi bersama para praktisi media, akademisi, hingga aktivis. Tujuannya agar buku ini bisa bersifat praktis dan cukup komprehensif agar menjawab kebutuhan khalayak.
Dalam keterangannya, Dedy Helsyanto, Program Officer Media Mafindo menguraikan empat tujuan buku ini. “Yang paling utama, tentu memberikan informasi terkait tantangan dari perkembangan media, kerja jurnalis, etis bermedia, teknik memeriksa fakta, dan membuat konten positif. Selain itu, juga memberikan pemahaman terkait pentingnya buku panduan literasi media bagi masyarakat umum dan jurnalis,” ujarnya. Tujuan lainnya, imbuh Dedy, buku ini diharapkan bisa menjadi semacam pedoman atau panduan buat khalayak luas, mulai dari jurnalis, ibu-ibu, siswa dan mahasiswa, guru, pustakawan, dan semua yang aktif berselancar di jagat maya.
Buku panduan ini telah digunakan oleh MAFINDO melalui program Media Empowerment for Democratic, Integrity, and Accountability (MEDIA) sebagai alat dan bahan ajar untuk kegiatan pelatihan literasi media yang ditujukan kepada masyarakat umum dan jurnalis secara khusus. Namun, langkah ini tentulah belum cukup. Sebaran yang lebih luas terhadap buku panduan melalui berbagai media atau platform adalah hal yang mendesak untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.
Hal ini senada dengan pandangan Sasmito Madrim, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia yang mengapresiasi buku ini sebagai capaian penting. Namun, ia menekankan agar langkah awal ini tak terhenti di sini. “Butuh lebih banyak kolaborasi dengan media, Dewan Pers, pers mahasiswa, dan kalangan lainnya agar pemahaman literasi media jadi lebih luas. Apalagi kita tahu, tugas meliterasi bukan monopoli wartawan semata,” tandasnya dalam acara peluncuran tersebut.
Sebelas dua belas, Dyna Herlina, dosen sekaligus penulis buku literasi media juga mengapresiasi kelahiran buku ini. “Mafindo berkomitmen melibatkan dan mengakomodasi pandangan akademisi, praktisi, hingga khalayak umum. Karena itulah, buku ini akhirnya bisa menjadi panduan praktis yang mudah dipahami,” tuturnya.
“Buku yang sederhana, tapi kesederhanaan itulah yang jadi kekuatannya,” imbuhnya.
Ketua Umum Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Yosi Mokalu pun menegaskan bahwa buku yang dibuat oleh kawan-kawan MAFINDO ini adalah buku yang mencerdaskan dan memberdayakan pembacanya juga, karena ada panduan lengkap di dalamnya.
Karena pentingnya buku tersebut, Dedy mengajak puluhan peserta yang hadir untuk ramai-ramai mengunduh buku di https://lenteralitera.mafindo.or.id/belajar-literasi-media/ sebagai referensi dalam kegiatan edukasi dan advokasi literasi media.