Seminar “Menjadi Generasi Kritis dengan Literasi Digital di Era Milenial”

By :

|

|

Tim MAFINDO Semarang Raya yaitu Presidium MAFINDO Semarang Ir. Farid Zamroni, dan relawan MAFINDO Semarang Nani Hidayati menjadi narasumber di acara seminar “Menjadi Generasi Kritis dengan Literasi Digital di Era Milenial” yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Senin, 22 April 2019. FOTO; Dok Mafindo

 

Senin, 22 April 2019, MAFINDO Semarang Raya mengisi seminar “Menjadi Generasi Kritis dengan Literasi Digital di Era Milenial” yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Seminar ini diselenggarakan pukul 08.00 di lantai 1 Gedung Kuliah Bersama Unissula. Seminar ini menghadirkan relawan MAFINDO Semarang Dr. Fadjar Hari Mardiansjah, M.T., M.D.P. dan Aldinshah Vijayabwana sebagai pembicara. Selain Dr. Fadjar dan Aldin, hadir pula Presidium MAFINDO Semarang Ir. Farid Zamroni, dan relawan MAFINDO Semarang Nani Hidayati, yang juga dosen pembimbing panitia penyelenggara.

Dr. Fadjar menyampaikan materi dengan judul “MAFINDO dan Literasi Digital”. Setelah menjelaskan apa itu MAFINDO dan kiprah MAFINDO, Koordinator Wilayah MAFINDO Semarang ini menjelaskan pentingnya literasi digital. Dr. Fadjar menjelaskan di hadapan 140 mahasiswa dan dosen Unissula bahwa canggihnya teknologi sekarang harus diikuti juga dengan intellectual augmentation (IA) alias penguatan pengetahuan. “Kalau Anda menjawab ‘tidak tahu’ saat ditanya, itu berarti Anda masih di zaman Flinstone! Saat ini jawaban yang tepat adalah ‘sebentar, lima menit lagi saya tahu jawabannya’ karena Anda bisa browsing dulu,” ucap dosen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ini.

Aldin menyampaikan materi tentang Hoaks dan Pencegahannya. Aldin memaparkan pengertian hoaks, contoh-contoh hoaks dan apa yang bisa kita lakukan untuk melawan hoaks. Aldin juga memperkenalkan aplikasi Hoax Buster Tools (HBT) untuk secara cepat mendeteksi berita hoaks. “Hoaks menyerang respons primitif otak kita, yang sebenarnya berfungsi untuk survival. Ketika suatu informasi membuat kita merasa marah sekali, jantung berdebar kuat, keluar keringat dingin, STOP! Kritisi apapun yang kita baca, dan jangan fanatik buta supaya tidak terkena hoaks,” jelas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro ini.

Setelah pemaparan materi selesai, acara dilanjutkan dengan game Kahoot seputar materi seminar. Soal-soal Kahoot ternyata juga melatih peserta seminar untuk menjadi pemeriksa fakta, sebab pilihan jawaban menuntut ketelitian peserta seminar agar dapat memilih jawaban tepat. Sebagai contoh adalah soal tentang aplikasi pencari hoaks dari MAFINDO, di mana terdapat pilihan jawaban ‘Hoax Buster Tools’ dan ‘Hoax Buster Tool’. Setelah sepuluh soal selesai, lima peserta terbaik mendapatkan hadiah dari panitia.

Setelah sesi tanya jawab, Dr. Fadjar dan Aldin selaku pembicara mendapat kenang-kenangan dari panitia. Acara pun diakhiri dengan foto bersama.

foto bersama usai kegiatan


Share