Pemilih Pemula Cerdas Bermedia Sosial “Suara Kita Menentukan Masa Depan”

By :

|

|

Acara yang diadakan oleh Relawan Demokrasi KPU Kota Surakarta ini bertajuk “Pemilih Cerdas Bermedia Sosial”. Mafindo Soloraya mengirimkan salah satu relawannya yaitu Giri Lumakto sebagai ketua Divisi Literasi dan Narasi. Sedang narsum lain adalah seorang dosen Sosiologi dari Universitas Sebelas Maret, Ahmad Romdhon. Acara ini berlangsung pada hari Selasa, 16 April 2019 di Arje Kitchen Kentingan Surakarta pada pukul 09:00-12:00 WIB.

Diskusi dimulai dengan penjabaran dari Giri Lumakto dari Mafindo Soloraya tentang sejarah sosial media. Sifat-sifat sosial media yang open dan kontennya dibuat oleh usersnya. membuat platform sosial media digandrungi. Seperti Facebook dan Twitter kini memiliki ratusan juta users. Dengan terutama berfokus pada era booming sosial media setelah tahun 2000. Dimana banyak dibuat dan disebarkan. Hal ini berbarengan dengan trend internet baik di dunia maupun di Indonesia.

Ekses negatif dari sosial media sendiri kini didapati negatif. Berita hoaks atau berita bohong menyebar dengan cepat dan masif. Setiap orang dengan sosial media kini bisa berbagi dan membuat posting. Terkadang postingnya pun tidak terkontrol. Apalagi di saat Pemilu, banyak sekali hoaks yang mendelegitimasi KPU sebagai penyelenggara. Tim Litbang Mafindo sendiri telah mendata sekitar puluhan hoaks yang menyerang KPU.

Sudut pandang Sosiologi, Ahmad Romdon melihat Pemilu sebagai perhelatan demokrasi suatau negara. Pemilu 2004, 2009, dan kini berbeda sekali dengan Pemilu sebelumnya. Dimana rezim pemerintah Orde Baru pada waktu itu memiliki kepentingan politik dengan Golkar. Sedang PDI dan PPP waktu itu dianggap sebagai partai oposisi yang tidak banyak bersumbangsih untuk pemerintahan. Karena semua aspek pemerintahan pada waktu itu dikuasai oleh rezim penguasa.

Fenomena golput pada waktu dulu, dianggap sebagai sebuah gerakan sosial. Dimana dengan tidak memilih partai yang ada berarti sebagai bentuk protes terhadap rezim. Golput pada waktu itu adalah gerakan yang didasari pada prinsip untuk melawan. Sedang golput kini jauh berbeda dari gerakan protes atau perlawanan. Jadi sebagai pemilih, setiap suara begitu berharga untuk masa depan bangsa ini nantinya.

Beberapa pertanyaan benyak berfokus cara untuk mengenali hoaks di sosial media. Hoaks yang beredar umumnya memiliki narasi yang sensasional dan tidak masuk akal. Sedang beberapa pertanyaan lebih kepada teknis administrasi pencoblosan. Dimana banyak mahasiswa perantau di kampus UNS tidak bisa memberikan suaranya karena belum mengurus form A5.

Giri. L (Relawan MAFINDO Soloraya) saat menyampaikan materinya
para peserta yang hadir


Share