Talkshow Antihoaks “Memilah Informasi Saat Bencana”

By :

|

|

Setelah terjadi gempa di Banten beberapa waktu lalu beredar sejumlah hoaks bencana yang meresahkan. Maka dari itu pada hari Selasa, 6 Agustus 2019 MAFINDO Jombang bekerjasama dengan Radio Suara Jombang dan Info Seputar Jombang mengadakan Talkshow Antihoaks secara on air di Studio Radio Suara Jombang dengan tema “Memilah Informasi saat bencana”.

Sasaran program ini adalah masyarakat umum di Kabupaten Jombang yang ada dalam jangkauan gelombang radio Radio Suara Jombang. Akan tetapi cakupan audien dapat lebih luas karena program ini juga disiarkan lewat streaming di www.kominfo.jombangkab.go.id. Karena belum ada data dari kominfo  Kabupaten Jombang tentang jumlah pendengarnya maka jumlah peserta kegiatan ini juga belum dapat diidentifiksi.

Relawan MAFINDO Jombang hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini yaitu Nuril Hidayah dan Anik Nur Qomariah. Narasumber mua-mula mengemukakan problem saat bencana yakni rusaknya infrastruktur informasi sehingga akses informasi dan komunikasi menjadi sulit. Padahal di sisi lain justru pada saat-saat inilah masyarakat sangat haus akan informasi dan sangat membutuhkan informasi yang valid dan faktual. Tersebarnya hoaks bencana tentunya akan menjadi problem yang sangat serius. Narasumber kemudian menjelaskan beberapa tipe hoaks bencana berdasarkan hasil riset ketua komite Litbang MAFINDO, Santi Indra Astuti. Beberapa jenis hoaks yang muncul mengambil bentuk bogies, wedge driver, dan pipe dream. Bogies adalah jenis hoaks yang menimbukan efek ketakutan dan keresahan seperti informasi akan ada gempa susulan, atau yang memperparah dampak seperti hoaks tentang robohnya gedung BEC karena gempa. Wedge driver adalah jenis hoaks bencana yang mengadu-domba dan menimbulkan kebencian, sedangan pipe dream contohnya hoaks yang membangkitkan harapan seperti ditemukannya bayi dalam keadaan hidup setelah terkubur reruntuhan beberapa hari. Untuk memilah informasi saat bencana di tengah munculnya banyak informasi yang beum jelas kebenarannya dan keterbatasan komunikasi akibat runtuhnya infrastruktur informasi, narasumber menyarankan agar di level personal masyarakat mengandalkan system informasi alternative yang tersedia, misalnya jaringan radio amatir. Di level komunitas, disarankan masyarakat bersama-sama membentuk atau memelihara system informasi alternative yang disepakati bersama. Di level sistemik disarankan agar yang berwenang bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menggalakkan literasi bencana serta menyiapkan system tertentu supaya masyarakat tetap mendapatkan informasi yang valid dan faktual saat bencana dan pasca bencana. Terakhir, mengingat bahwa Indonesia seolah seperti laboratorium bencana maka mengutip BNPB masyarakat diminta lebih fokus pada upaya mengembangkan kesiagaan bencana dan bagaimana meminimalisir dampak bencana daripada mencaritahu kapan dan di mana terjadi bencana.

Kegiatan berjalan dengan lancar dan materi tersampaikan dengan baik. Selain itu, pihak Radio Suara Jombang menyediakan dokumentasi yang sewaktu-waktu dapat diputar ulang sesuai kebutuhan. Dengan lancarnya kegiatan ini diharapkan masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang hoaks, apa saja yang sedang banyak tersebar, serta bagaimana fakta yang sebenarnya.


Share